BANJARBARU, MyInfo.ID – Suasana malam di asrama putri Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 9 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, masih dipenuhi aktivitas para siswi meski jarum jam telah menunjuk pukul 20.30 WITA. Di tengah kesibukan itu, seorang remaja bernama Nabila Sagina (16) tampak cekatan merapikan tempat tidurnya. Bagi Nabila, kemandirian bukan sekadar kebiasaan, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang penuh perjuangan.
Dikutip dari laman Kemensos, Minggu (5/10/2025), gadis asal Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar ini sejak kecil sudah terbiasa memikul tanggung jawab rumah tangga. Ibunya, Sri Jumiarniah Rahayu, terserang stroke saat Nabila baru berusia dua tahun. Kondisi keluarga semakin berat ketika sang ayah, Rudiansyah, meninggal dunia akibat penyakit tuberkulosis paru pada 2023.
Sejak itu, Nabila dan adiknya bahu-membahu merawat ibu mereka, sementara kakak perempuannya sudah menikah dan tinggal terpisah. “Kalau ada, tante yang kasih uang buat makan. Kalau enggak, dari kakek, atau dari kakak,” ungkap Nabila mengenai cara keluarganya bertahan hidup.
Meski masih duduk di bangku SMP kala itu, Nabila dipaksa dewasa lebih cepat. Ia harus membagi waktu antara belajar, mengurus rumah, hingga merawat ibunya yang tak berdaya.
Setiap hari Nabila memulai aktivitasnya sejak pukul 04.00 WITA. Ia mengurus pekerjaan rumah, mulai dari mencuci piring, mencuci dan menyetrika pakaian, hingga memandikan sang ibu. Rutinitas ini dijalaninya tanpa keluhan, meski sering kali melelahkan.
Kesabaran dan ketulusan itulah yang akhirnya membuka jalan baru bagi Nabila. Melalui program Sekolah Rakyat, ia mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA di SRT 9 Banjarbaru.
