CILACAP, MyInfo.ID – Senja di Bukit Cikukun selalu identik dengan aroma karet basah dan sunyi yang pekat. Namun, pada suatu sore awal Agustus 2025, kesunyian itu dipecah oleh kisah tragis seorang bocah kecil, AKA, yang nyawanya direnggut secara keji oleh tangan yang seharusnya tak pernah menyentuhnya dengan kekerasan.
Pelakunya, FAS (22), lelaki asal Aceh yang bekerja sebagai penagih utang di sebuah bank plecit. Ia bukan keluarga korban, bukan pula tetangga. Hubungannya hanya lewat satu orang, RI (24), ibu korban, yang diam-diam menjadi kekasih gelapnya.
BACA JUGA: Menteri PPPA Kecam Kasus Tragis Pembunuhan Anak di Cilacap, Tersangka Ibu Kandung dan Pasangannya
Hubungan gelap itu rupanya membawa malapetaka. Bagi FAS, setiap kali ia bertemu RI, ada “pengganggu kecil” yang tak pernah berhenti membuatnya gusar, AKA, bocah tiga tahun delapan bulan yang tak pernah mengerti bahwa tingkah rewelnya dianggap ancaman bagi hubungan ibunya.
Hasil penelusuran penasehat hukum keluarga korban, Mohammad Nabawy, SH, MH, mengungkap fakta mencengangkan. Ternyata, bukit sunyi di Desa Adimulya itu bukan sekali menjadi lokasi penyiksaan.
“Pelaku sudah berulang kali membawa korban ke TKP yang sama, di perkebunan karet Bukit Cikukun,” ujar Nabawy. Warga sekitar mengaku kerap melihat FAS menjemput korban di tepi jalan. Ironisnya, sang ibu sendiri yang mengantar bocah itu keluar rumah, menyerahkannya kepada pelaku.
Kerabat korban, termasuk kakek dan neneknya, sering tak mengetahui keberadaan sang cucu di saat rumah sedang sepi. Setidaknya, ada tiga kali kekerasan dilakukan di tempat yang sama. Barang bukti berupa dua pakaian korban, termasuk kaus merah yang ia kenakan di hari terakhirnya, kini berada di tangan penyidik.
Di balik semua itu, ada satu kalimat yang membekas di ingatan warga. “Saya benci kepada anak korban,” kata FAS suatu waktu.













