Realisasi KUR Semester I Lampaui Rp131 Triliun, Pemerintah Genjot Sektor Strategis

Realisasi KUR Semester I Lampaui Rp131 Triliun
Menko Airlangga saat Rapat Terkait Realisasi KUR Semester I yang Lampaui Rp131 Triliun. Foto: Dok Kemenko Perekonomian

Relaksasi diberikan bagi petani tebu, termasuk mereka yang sebelumnya mengakses kredit komersial, untuk tetap mendapatkan fasilitas KUR. Kemitraan dengan off-taker juga diperkuat, termasuk validasi kelompok tani binaan dan pembebasan agunan tambahan karena usaha yang dibiayai dianggap cukup sebagai jaminan.

Terobosan kedua adalah perluasan skema KUR ke sektor perumahan guna mendukung Program Tiga Juta Rumah. Skema ini terbagi dalam dua sisi: supply untuk pengembang, kontraktor, dan pelaku usaha bahan bangunan dengan plafon hingga Rp5 miliar dan subsidi bunga 5% per tahun; serta demand untuk UMKM yang ingin membeli, membangun, atau merenovasi rumah dengan plafon hingga Rp500 juta dan bunga berjenjang 6%-9% per tahun.

“Sektor perumahan memiliki efek pengganda luar biasa. Setiap Rp1 yang disalurkan akan menghasilkan Rp1,74 output ekonomi dan menyerap sekitar 13,8 juta tenaga kerja per tahun,” ungkap Menko Airlangga.

Guna mengakomodasi lonjakan kebutuhan pembiayaan, Pemerintah menaikkan plafon KUR tahun 2025 sebesar Rp117 triliun di luar plafon awal. Tambahan ini disertai anggaran subsidi bunga/subsidi marjin sebesar Rp1,2 triliun, serta alokasi subsidi bunga tahun berjalan sebesar Rp38,28 triliun.

Semester pertama 2025 juga menjadi tonggak inklusi keuangan. Lebih dari satu juta pelaku usaha mengakses KUR untuk pertama kalinya, dan setengah juta lainnya berhasil naik kelas. Data dari pemerintah daerah menunjukkan bahwa dari 1,87 juta calon debitur yang diunggah, sebanyak 1,27 juta berhasil mendapatkan pinjaman aktif. Provinsi Maluku Utara, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan tercatat sebagai daerah dengan tingkat konversi tertinggi.

Program lain seperti Kredit Alsintan (alat dan mesin pertanian) juga terus berkembang dengan 15 bank penyalur siap menyalurkan kredit murah untuk mekanisasi pertanian. Sementara Kredit Industri Padat Karya (KIPK) kini dalam tahap finalisasi regulasi.

Berbagai program pembiayaan seperti KUR, Alsintan, dan KIPK menjadi instrumen penting dalam membangun ekonomi rakyat. “KUR bukan hanya memberikan modal, tetapi juga harapan. Ini adalah investasi masa depan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tutup Airlangga.