Menteri Riefky juga menyampaikan fakta menarik bahwa sekitar 57% pelaku industri kreatif saat ini berusia di bawah 42 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa anak muda semakin tertarik menekuni profesi di sektor yang sesuai dengan passion dan kreativitas mereka.
Dengan begitu, sektor ekonomi kreatif dinilai sangat potensial sebagai pilar baru pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus sebagai ruang kerja yang inklusif bagi generasi muda di seluruh Indonesia.
Rakerkonas APINDO ke-34, yang digelar pada 4–6 Juli 2025, menjadi momen penting bagi dunia usaha untuk menyelaraskan strategi pembangunan dengan arah kebijakan pemerintah. Forum ini membahas langkah konkret dunia usaha dalam mendukung perekonomian nasional selama satu tahun ke depan.
Sebagai organisasi yang sudah berdiri sejak 1952, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) telah memiliki jaringan luas yang mencakup 34 Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) dan lebih dari 350 Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota (DPK) di seluruh Tanah Air. APINDO selama ini menjadi representasi kepentingan pengusaha nasional dalam berbagai isu strategis, seperti ketenagakerjaan, investasi, hubungan industrial, dan pengembangan bisnis.
Di sela-sela Rakerkonas, Menteri Teuku Riefky juga mengungkapkan bahwa kehadirannya merupakan kelanjutan dari dialog berkelanjutan dengan jajaran pengurus pusat dan daerah APINDO. Ia menekankan pentingnya menjalin kolaborasi lebih erat antara Kementerian Ekraf dan APINDO untuk memperkuat pengembangan industri kreatif di berbagai wilayah Indonesia.
“Kolaborasi ini sangat penting. Pemerintah sedang mendorong agar sektor kreatif menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional,” tegas Teuku Riefky.
“Struktur kementerian tidak menjangkau seluruh daerah, namun APINDO punya jaringan di seluruh provinsi, dan ini menjadi kekuatan besar,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Ekraf didampingi oleh Deputi Bidang Kreativitas Budaya & Desain Yuke Sri Rahayu serta Direktur Fesyen Romi Astuti. Mereka bersama-sama mempersiapkan langkah strategis dalam menyusun nota kesepahaman (MoU) dengan APINDO, yang diharapkan bisa mendorong lahirnya program-program kreatif berbasis lokalitas dan potensi daerah.













