Menurut Krishna, keterlibatan warga adalah kunci keberhasilan program ini. “Alhamdulillah kegiatan ini mendapat antusiasme tinggi dari masyarakat, terutama kalangan ibu rumah tangga yang melihat adanya peluang usaha kreatif dari produk tersebut,” katanya.
Bagi banyak warga, terutama para ibu, kegiatan ini membuka wawasan bahwa limbah sehari-hari bisa disulap menjadi produk bernilai jual.
Lebih jauh, Krishna menegaskan bahwa inovasi ini tidak hanya sebatas program sementara. Ia berharap kebiasaan mengolah minyak jelantah bisa terus berlanjut di masyarakat meski masa KKN telah usai.
“Kami berharap pengolahan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi ini bisa menjadi kebiasaan baru di masyarakat, sehingga selain mengurangi pencemaran lingkungan, juga dapat membuka peluang usaha kecil yang bermanfaat bagi warga,” jelasnya.
Selain itu, mahasiswa UMP juga mendorong agar masyarakat lebih peduli terhadap pengelolaan limbah rumah tangga. Ide-ide sederhana, menurut mereka, bisa berkembang menjadi inovasi berkelanjutan yang bermanfaat luas.
“Program kerja KKN Reguler Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2025 ini menjadi bukti nyata peran mahasiswa dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat,” pungkas Krishna.
Program ini menunjukkan bahwa KKN bukan hanya kewajiban akademik semata. Kehadiran mahasiswa di Desa Karangbenda memberi warna baru: membangun kesadaran lingkungan, membuka peluang ekonomi, sekaligus memperkuat hubungan sosial antara mahasiswa dan masyarakat.
Melalui inovasi sederhana namun berdampak luas, mahasiswa UMP membuktikan bahwa perubahan besar bisa lahir dari hal-hal kecil yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.