Tak hanya para pelajar, masyarakat umum juga menunjukkan antusiasme yang tinggi. Zefanya, warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT), rela berangkat sejak pukul 04.00 pagi demi memastikan dirinya dapat hadir di halaman Istana. Dengan mengenakan pakaian adat khas Rote, ia merasa bangga bisa memperkenalkan identitas budaya daerahnya dalam perayaan nasional ini.
“Saya sendiri aslinya orang NTT dari Sumba. Dan saya pikir ini kesempatan yang bagus ya apalagi pemerintah ingin memperkenalkan budaya terutama dari Indonesia Timur untuk diangkat lagi. Jadi supaya orang-orang lebih kenal budaya Indonesia timur. Tadi aku juga beberapa kali diminta foto sama teman-teman peserta upacara yang lain,” kata Zefanya.
Sementara itu, bagi Afif, warga Jambi, kesempatan menyaksikan upacara di Istana Merdeka adalah mimpi yang akhirnya terwujud. Ia mengaku terkesan dengan penampilan kesenian bertema Bhinneka Tunggal Ika yang ditampilkan usai prosesi kenegaraan.
“Penampilan dari kesenian dari Bhinneka Tunggal Ika itu luar biasa sekali. Bahkan di luar ekspektasi kami yang dari luar sajian hiburannya akan seperti itu luar biasa. Bahkan sampai masyarakat pun ikut membaur dengan peserta upacara bergoyang bersama menikmati acara ini,” ungkap Afif dengan penuh kagum.
Peringatan HUT RI ke-80 di Istana Merdeka bukan hanya prosesi formal, tetapi juga perayaan yang menegaskan kembali arti persatuan dalam keberagaman. Kehadiran pelajar, masyarakat dari berbagai daerah, serta suguhan seni budaya Nusantara menjadikan momen ini semakin berkesan.
Bagi banyak orang, hadir langsung dalam Detik-Detik Proklamasi di jantung ibu kota adalah pengalaman seumur hidup yang sarat makna: membangkitkan rasa nasionalisme, memperkuat persatuan, sekaligus mengingatkan bahwa kemerdekaan adalah amanah yang harus terus dijaga bersama.













