“Yang paling dibutuhkan saat ini antara lain logistik makanan, peralatan kebersihan, family kit, dan alat berat untuk memperbaiki tanggul Kali Yasa yang jebol,” ujar Budi.
Dari sisi meteorologi, Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, menyebut curah hujan ekstrem menjadi pemicu utama banjir di kawasan tersebut.
“Data kami menunjukkan curah hujan tertinggi mencapai 343 milimeter di Cilacap Kota, disusul Lengkong dan Jeruklegi sebesar 312 milimeter. Nilai tersebut sudah masuk kategori hujan ekstrem,” jelas Teguh.
Ia menambahkan, kondisi ini dipengaruhi oleh anomali suhu muka laut yang cenderung lebih hangat, meningkatkan penguapan dan memicu pembentukan awan hujan. Selain itu, kelembapan udara yang tinggi dan atmosfer yang labil turut memperparah curah hujan di wilayah Cilacap.
BMKG mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, genangan, maupun tanah longsor. “Hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi dalam tiga hari ke depan,” pungkasnya.













