JAKARTA, MyInfo.ID – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) merilis kajian terbaru yang menyoroti potensi besar libur nasional sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata. Studi bertajuk “Dampak Libur Nasional terhadap Sektor Pariwisata” ini memetakan peluang, hambatan, dan tantangan yang perlu diantisipasi agar momen liburan mampu dimaksimalkan secara optimal.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar, Martini Mohamad Paham, menegaskan perlunya pemahaman yang lebih komprehensif mengenai hubungan antara libur nasional dengan pergerakan wisatawan di berbagai daerah.
“Momentum libur nasional kerap menjadi pendorong utama pergerakan wisatawan nusantara dan mancanegara. Namun, pemanfaatan periode ini belum sepenuhnya optimal dan merata. Berbagai destinasi menghadapi tantangan yang berbeda-beda, mulai dari lonjakan kunjungan secara tiba-tiba, keterbatasan kapasitas layanan, hingga belum terintegrasinya strategi promosi dengan kalender libur nasional,” ujar Martini dalam keterangannya dikutip Sabtu (23/8/2025).
Libur nasional yang dimaksud mencakup momen-momen besar seperti Tahun Baru, Isra Mikraj, Tahun Baru Imlek, Idulfitri, libur sekolah, hingga Natal.
Sektor pariwisata selama ini memiliki peran vital dalam memperkuat perekonomian, menjaga identitas budaya, sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dengan memahami pola pergerakan wisatawan saat libur panjang, pemerintah maupun pelaku usaha diharapkan dapat menyiapkan strategi yang lebih adaptif dan sesuai karakteristik destinasi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya lonjakan perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada 2024. Jumlah perjalanan mencapai 1,02 miliar, melonjak tajam dibandingkan 839,7 juta perjalanan di 2023. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh periode libur sekolah, cuti bersama, dan hari raya nasional.
Lonjakan mobilitas tersebut berimbas langsung pada peningkatan okupansi hotel, pendapatan restoran, penjualan tiket atraksi, hingga transportasi wisata. Tak hanya itu, dampaknya juga terasa pada UMKM lokal serta penyedia jasa pendukung pariwisata yang mendapat manfaat ekonomi berlapis (multiplier effect).
Meski demikian, masalah klasik seperti kemacetan, keterbatasan fasilitas publik, hingga kebersihan lingkungan masih menjadi tantangan yang harus ditangani melalui kerja sama lintas sektor.