Pengasuh Ponpes Al-Falah, KH. Ahmad Shobri, juga menekankan pentingnya keseimbangan agama dan budaya dalam membangun bangsa. “Kebudayaan adalah akar; agama adalah cahaya. Jika akar kuat dan cahaya terang, bangsa ini akan tumbuh kokoh,” tuturnya.
UT Purwokerto melalui kehadirannya menegaskan komitmen pada pendidikan inklusif dan pelestarian budaya. Direktur UT Purwokerto, Dr. Prasetyarti Utami, S.Si., M.Si., menyampaikan bahwa kampus terbuka untuk bersinergi dengan pesantren.
“Sarasehan ini menjadi ruang kolaborasi untuk memperluas kerja sama, mulai dari pelatihan, workshop budaya, hingga mendukung kreativitas santri. Kami juga siap mengoptimalkan sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) agar lebih mudah diakses oleh santri dan masyarakat pesantren,” jelasnya.
Lebih jauh, UT Purwokerto juga berkomitmen mendorong penelitian dan publikasi karya budaya lokal sebagai bagian dari penguatan identitas nasional.
“Universitas Terbuka Purwokerto akan terus membangun sinergi dengan pesantren, lembaga keagamaan, dan pemangku kepentingan budaya, agar pendidikan dan budaya tumbuh bersama menjadi fondasi karakter bangsa,” pungkas Prasetyarti.













