“Dalam Perpatri, memanah bukan sekadar menjaga warisan budaya tetapi juga menjaga silaturahmi antar penjemparing. Berbusana adat, busur tradisional, bahkan cara memanah pun dengan posisi duduk semua mencerminkan tradisi,” ujarnya.
Ia menambahkan, jemparingan memiliki makna filosofis mendalam sebagai sarana pembentukan karakter. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi antara lain Sawiji (fokus), Greget (semangat), Sengguh (percaya diri), dan Ora Mingkuh (bertanggung jawab).
“Panahan tradisional kami ini berbeda sekali dengan modern karena posisi memanah harus duduk. Bahkan ada kategori jemparingan yang khas yaitu panahan sambil duduk dengan posisi gendewa horizontal yang sangat khas budaya Jawa bernama Jegulan atau Gagrak Mataram,” tambahnya.
Melalui keikutsertaan dalam Festival KORMI, PERPATRI Banyumas berharap masyarakat semakin mengenal dan mencintai jemparingan sebagai warisan budaya yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi.
“Melalui kegiatan ini, kami mencoba merangkul kembali masyarakat agar mengenal jemparingan, tetap lestari dan semakin berkembang,” pungkas Yugo.













