Selain itu, peserta diberi kebebasan memilih lagu untuk ditampilkan. Inovasi ini membuat sajian kenthongan semakin bervariasi dan penonton tidak merasa monoton.
Panitia menyediakan hadiah berupa uang tunai dan piala untuk para pemenang. Juara 1 menerima Rp6,5 juta, Juara 2 Rp5,5 juta, Juara 3 Rp5 juta. Sementara itu, Juara Harapan 1 mendapatkan Rp4,5 juta, Juara Harapan 2 Rp4 juta, dan Juara Harapan 3 memperoleh Rp3,5 juta.
Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, yang hadir membuka acara menyampaikan apresiasi tinggi terhadap antusiasme masyarakat. Ia menekankan bahwa kenthongan bukan hanya instrumen musik, melainkan simbol budaya Banyumas yang mencerminkan nilai kebersamaan dan gotong royong.
“Festival ini membuktikan bahwa alat musik tradisional yang muncul sejak tahun 1970-an tetap lestari hingga kini,” ujar Sadewo.
Meski festival berlangsung hingga dini hari, penonton tetap setia menyaksikan hingga grup terakhir tampil. Kehadiran ribuan masyarakat yang tumpah ruah di pusat kota Purwokerto menegaskan bahwa Festival Kenthongan Banyumas masih menjadi salah satu agenda budaya paling dinantikan setiap tahunnya.
Dengan format baru dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, Festival Kenthongan 2025 tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga bukti nyata komitmen Banyumas dalam melestarikan kesenian tradisional sekaligus memperkuat identitas budaya lokal.
