Menurutnya, kehadiran teknologi blockchain akan menjadi fondasi penting bagi sistem pertanahan modern yang mampu mencegah manipulasi data serta mempercepat layanan bagi masyarakat.
Selain blockchain, Kementerian ATR/BPN juga sedang menyiapkan Generative Artificial Intelligence (AI) Pertanahan.
Teknologi ini akan digunakan untuk mengintegrasikan seluruh peraturan, kebijakan, dan petunjuk teknis dalam satu sistem terpadu yang dapat mendukung pengambilan keputusan secara cepat dan efisien.
Asnaedi menjelaskan, AI Pertanahan tidak hanya membantu mempercepat proses pelayanan, tetapi juga memiliki potensi dalam meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui efisiensi operasional dan optimalisasi data pertanahan.
Dalam kesempatan yang sama, Asnaedi menyampaikan harapannya agar taruna dan taruni STPN mampu menjadi ujung tombak dalam mewujudkan transformasi digital tersebut.
Ia menegaskan bahwa STPN tengah bersiap bertransformasi menjadi Politeknik Pertanahan, agar para lulusannya lebih siap menghadapi tantangan era digital.
“Dengan transformasi Sekolah Tinggi Pertanahan menjadi Politeknik, diharapkan Taruna/i akan lebih percaya diri, kreatif, dan siap menjadi bagian dari masa depan ATR/BPN dan bangsa Indonesia,” ujar Asnaedi.
Transformasi kelembagaan ini diharapkan dapat memperkuat kualitas sumber daya manusia di bidang pertanahan, yang memiliki kemampuan analisis teknologi serta pemahaman mendalam terhadap kebijakan agraria nasional.
Diskusi Agraria V yang mengangkat tema “Peran Strategis Generasi Z dalam Inovasi dan Keadilan Pertanahan Menuju Transformasi Agraria di Era Society 5.0” diikuti oleh 376 Taruna/i Tingkat I STPN, serta mahasiswa dari Polbangtan YOMA, UPN Veteran Yogyakarta, dan UGM.
Acara ini juga menghadirkan sejumlah narasumber dari Kantor Wilayah BPN Provinsi DIY, Ditjen PHPT, Pemerintah Provinsi DIY, serta para Guru Besar dan Dosen STPN.
