Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Banyumas, Fendy Rudianto, menjelaskan perubahan konsep ini bertujuan untuk memperluas keterlibatan instansi pemerintah dalam pelestarian budaya lokal.
“Tahun ini memang kebijakan dari pimpinan untuk dipindahkan ke OPD. Tujuannya agar OPD turut serta dalam melestarikan budaya Banyumas. Walaupun demikian, animo masyarakat masih sama. Acara tetap meriah, tidak ada perbedaan,” terangnya.
Festival Kenthongan memang selalu menjadi magnet warga. Salah satunya dirasakan Yayu, warga Purwokerto Selatan, yang mengaku sengaja datang lebih awal bersama keluarganya demi mendapatkan tempat terbaik.
“Sangat dinanti-nanti, bahkan sudah ke sini sejak sore agar mendapat tempat nonton yang enak,” ungkapnya.
Menurutnya, penampilan tahun ini lebih variatif dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kalau tahun lalu lagu-lagunya cenderung sama, sekarang lebih beragam jadi lebih menarik. Kami jadi penasaran penampilan berikutnya,” tambahnya.
Festival Kenthongan Banyumas bukan sekadar hiburan rakyat, melainkan wujud nyata pelestarian tradisi yang diwariskan turun-temurun. Di tengah derasnya arus hiburan modern, festival ini menjadi ruang penting untuk menjaga identitas budaya Banyumas sekaligus mempererat rasa kebersamaan masyarakat.
