JAKARTA, MyInfo.ID – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar tampil membacakan puisi dalam acara Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia yang digelar Kementerian Kebudayaan di Jakarta. Mengusung tema “Yang Hening dalam Gejolak: Spiritualitas dan Kebangsaan”, acara ini menghadirkan nuansa reflektif tentang spiritualitas, budaya, dan arah kebangsaan di tengah derasnya arus digitalisasi.
Dalam suasana ruangan yang temaram, Menag membacakan dua puisi karya sastrawan besar Indonesia, yakni “Tuhan Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi W.M. dan “Sajak Atasnama” karya KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Lantunan puisi tersebut dibacakan dengan iringan musik flute, menciptakan atmosfer syahdu yang mengajak pendengar merenung.
“Pesan penting dari puisi-puisi ini adalah bahwa kedekatan dengan Tuhan tidak bisa dicapai melalui simbol-simbol kosong atau kekerasan yang mengatasnamakan agama, melainkan lewat kesadaran spiritual, kasih sayang, dan kerendahan hati,” ujar Nasaruddin dikutip Sabtu (23/8/2025).
Tak hanya membawakan karya sastrawan, Menag juga membacakan penggalan puisi karyanya sendiri yang ditulis saat berada di Tanah Suci Mekkah. Puisi tersebut diberi judul “Algoritma yang Lebih Kuat daripada Wahyu”, sebuah refleksi tentang dominasi teknologi dalam kehidupan modern.
Dalam bait puisinya, Menag menyinggung bagaimana manusia kini lebih tunduk pada notifikasi media sosial dibandingkan ilham spiritual.
“Tapi kini, kita lebih percaya notifikasi daripada ilham, lebih tunduk kepada notifikasi trending daripada panggilan langit subuh. Wahyu dibuka hanya saat ṣubāt, sementara algoritma kita refresh setiap lima menit,” lantun Nasaruddin.
Puisi itu ditutup dengan bait yang sarat makna: “Ketika algoritma lebih kuat daripada wahyu, kita tahu bahwa semua ini telah memindahkan kiblatnya dari langit ke layar.”
