Lambat laun, Rizky mampu beradaptasi, bahkan membuktikan dirinya bisa bersaing dengan mahasiswa lain yang latar belakang sekolahnya lebih relevan.
Menjadi mahasiswa dari keluarga sederhana membuat Rizky terbiasa mengandalkan kemandirian.
Di sela-sela kesibukan kuliah, ia mengambil berbagai pekerjaan paruh waktu. Dari guru les privat hingga petugas sensus di Badan Pusat Statistik (BPS), semua dilakoni untuk meringankan beban orang tuanya.
“Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya saya lakukan untuk meringankan beban biaya yang orangtua saya tanggung selama saya kuliah,” tuturnya.
Puncak perjalanan akademiknya tiba pada 28 Juli 2025. Ia menuntaskan tugas akhir, mulai dari seminar hasil hingga ujian pendadaran, dengan lancar.
Keberhasilan Rizky bukan hanya menjadi kebanggaan keluarga, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang. Ia menitipkan pesan sederhana namun penuh makna bagi mahasiswa yang masih berjuang di bangku kuliah.
“Jangan lelah untuk terus berusaha dan imbangi dengan doa,” ucapnya mantap.
Kini, di balik gelar sarjana hukum dengan predikat cumlaude, Rizky menyimpan harapan besar.
Ia ingin ilmu yang diperolehnya bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus menjadi hadiah terindah untuk kedua orang tuanya.
Kisah Rizky Setyaningsih adalah cermin bahwa dengan kerja keras, disiplin, dan doa, keterbatasan hanyalah batu loncatan untuk menggapai cita-cita.













