Kementerian Ketenagakerjaan, ujar Afriansyah, mendorong perusahaan logistik untuk menerapkan manajemen kerja yang lebih manusiawi, termasuk memastikan seluruh pengemudi terdaftar dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan.
Di hadapan peserta simposium, Afriansyah menyampaikan perlunya transformasi sekolah mengemudi menjadi lembaga pendidikan profesional. Kurikulum tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga mencakup pengetahuan keselamatan seperti defensive driving, pemahaman regulasi ODOL (Over Dimension Over Load), hingga etika profesi.
Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi pengemudi sekaligus memperkuat kualitas sistem logistik nasional.
Simposium tersebut turut membahas berbagai praktik terbaik logistik di Jepang. Negara itu dinilai berhasil membangun sistem logistik yang efisien, aman, dan berbasis standar tinggi. Afriansyah menyebut pengalaman Jepang dapat menjadi rujukan bagi Indonesia, sekaligus membuka peluang kerja internasional bagi pengemudi yang telah tersertifikasi.
Menutup pemaparannya, Afriansyah kembali mengingatkan pentingnya sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan pelaku industri logistik. Kolaborasi diperlukan untuk membangun ekosistem logistik yang berkelanjutan melalui penguatan sertifikasi, pelatihan, serta peningkatan kesejahteraan pengemudi.
Ia menegaskan, seluruh langkah tersebut bertujuan meningkatkan daya saing nasional sekaligus memastikan keselamatan dan martabat para pengemudi logistik di Indonesia.













