Selain jenazah dalam kondisi utuh, tim juga menemukan empat potongan tubuh manusia. Namun, belum dapat dipastikan apakah potongan tersebut berasal dari korban yang sama atau berbeda. Proses identifikasi akan dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk memastikan keabsahan data.
Dengan penemuan terbaru, jumlah korban yang masih dinyatakan hilang berkurang menjadi 23 orang, berdasarkan absensi resmi pondok pesantren. Namun, data ini belum sepenuhnya akurat karena ada kemungkinan beberapa santri tidak melaporkan kehadiran meski sebenarnya selamat.
Minggu ini menandai hari ketujuh operasi pencarian. Berdasarkan prosedur standar SAR, periode pencarian awal ditetapkan selama tujuh hari. Namun, karena seluruh korban belum ditemukan, operasi dipastikan akan diperpanjang.
“Sejak hari keempat tidak ada lagi tanda kehidupan. Fokus pencarian kini sepenuhnya pada evakuasi jenazah,” ujarnya.
Di lokasi, mesin alat berat terus bekerja tanpa henti, ambulans siaga di tepi jalan, sementara relawan dan aparat bersiaga penuh. Situasi ini menegaskan bahwa laporan jumlah korban kemungkinan besar masih akan bertambah.
Tragedi ini menjadi perhatian nasional. Unsur pemerintah pusat maupun daerah ikut turun langsung, mulai dari BNPB, Basarnas, Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, hingga Pemkab Sidoarjo, dibantu barisan relawan dari berbagai organisasi.
Mereka bekerja selama 24 jam dengan sistem bergantian untuk menjaga stamina. Tak hanya fokus pada pencarian, layanan kesehatan juga disediakan untuk tim SAR agar terhindar dari risiko penyakit akibat paparan debu, kelelahan, maupun potensi infeksi dari proses pembusukan jenazah.
“Semua hadir bukan hanya menjalankan tugas, tetapi sebagai wujud nyata kepedulian dan kemanusiaan, dari manusia untuk manusia,” ungkapnya.













