Menurut Edhi, kemampuan Teater Samudra dalam menghidupkan naskah dan mengemasnya dengan sentuhan visual modern adalah bukti bahwa teater tetap bisa relevan di tengah kemajuan teknologi.
Tidak hanya penonton senior yang terpesona, kalangan muda juga ikut terlibat dan menikmati pertunjukan tersebut. Salah satunya adalah Rafli, seorang pelajar dari generasi Z, yang mengaku kagum dengan efek dan properti yang digunakan di atas panggung.
“Pertunjukan Teater Samudra keren banget! Efek tembakan, efek darah, dan properti yang dipakai terlihat sangat nyata. Rasanya seperti menonton film, bukan pertunjukan drama biasa,” ujarnya dengan antusias.
Komentar Rafli mencerminkan bagaimana teater bisa tetap memikat generasi digital dengan memadukan seni panggung dan teknologi secara kreatif.
Kesuksesan Teater Samudra dengan Kembang Mangsan menjadi sinyal kuat bahwa dunia teater belum kehilangan pesonanya. Dengan inovasi dalam tata panggung, penguasaan emosi, hingga penggunaan efek visual, mereka membuktikan bahwa teater mampu bersaing dengan hiburan digital modern.
Di tengah perubahan zaman, Teater Samudra menunjukkan bahwa seni panggung bukan sekadar pertunjukan, melainkan pengalaman emosional yang tidak bisa digantikan oleh layar ponsel. Kreativitas dan keberanian mereka untuk beradaptasi menjadi kunci agar teater tetap hidup dan dicintai lintas generasi.
“Fenomena ini menjadi bukti bahwa teater masih mampu bertahan dan bahkan berkembang di tengah gempuran dunia digital. Dengan kreativitas, inovasi, serta keberanian untuk beradaptasi, Teater Samudra berhasil membuktikan bahwa seni panggung tetap memiliki tempat istimewa di hati penontonnya.”













