Sementara itu, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Lilik Sutiarso, menilai hasil survei tersebut sejalan dengan tren positif menuju swasembada pangan nasional.
“Kalau kita lihat, target swasembada pangan yang semula empat tahun kini direvisi menjadi satu tahun oleh pemerintah. Tren produktivitas menunjukkan arah positif berkat konsistensi kebijakan dan sinergi lintas lembaga,” kata Prof. Lilik.
Ia menuturkan, stok beras nasional yang sempat mencapai 4,2 juta ton menjadi bukti nyata keberhasilan pemerintah menjaga ketersediaan pangan. Program seperti optimalisasi lahan, perbaikan distribusi pangan, dan penyaluran beras SPHP dinilainya sebagai kebijakan yang berpihak pada petani sekaligus masyarakat luas.
“Kita bisa melihat kerja Kementan tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil kolaborasi lintas sektor dan daerah. Ini adalah fondasi kuat menuju kedaulatan pangan,” imbuhnya.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat tren positif tersebut. Produksi beras nasional diperkirakan akan meningkat hingga 33,19 juta ton pada November 2025, menjadi dasar kuat untuk mewujudkan swasembada pangan dalam waktu dekat.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras para petani di seluruh Indonesia serta dukungan penuh dari Presiden Prabowo Subianto terhadap sektor pertanian.
“Alhamdulillah, bulan September 2025 kita mencatat deflasi beras sebesar 0,13 persen, pertama kalinya dalam lima tahun terakhir terjadi di musim paceklik. Ini menunjukkan ketersediaan beras nasional cukup dan harga tetap terkendali,” ungkap Amran dalam kesempatan terpisah.
Amran juga menegaskan bahwa stok cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini mencapai 3,8 juta ton, dan akan bertambah satu juta ton lagi untuk kebutuhan operasi pasar.
“Ini menandakan pangan kita aman, bahkan berlebih. Kita tidak perlu impor beras, karena produksi nasional mampu memenuhi kebutuhan. Alhamdulillah,” tutup Amran.













