“Pemerintah dan aparat penegak hukum harus hadir menyelesaikan persoalan ini,” tegasnya.
Pengamat kebijakan publik Eddy Wahono menyebut insiden ini menjadi alarm bagi pihak UT untuk segera mengevaluasi keamanan gedung, terutama pada area rawan kecelakaan. Menurutnya, ketiadaan pagar pengaman di titik jatuhnya korban merupakan bentuk kelalaian serius.
“UT dan panitia harus segera melakukan perbaikan sistem pengamanan. Papan peringatan serta larangan akses di area berbahaya juga harus dipasang,” kata Eddy.
Ia menambahkan, penyelidikan mendalam penting dilakukan untuk memastikan tidak ada pelanggaran konstruksi. “Ini bukan sekadar musibah. Ada indikasi kelalaian yang wajib diungkap,” ujarnya.
Eddy juga menyinggung soal penggunaan dana APBN karena UT berstatus perguruan tinggi negeri.
“Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi harus mengevaluasi standar teknis bangunan. Bahkan Komisi V DPR RI perlu ikut mengawasi kualitas konstruksi dan penggunaannya,” tambahnya.
Secara terpisah, Kasat Reskrim Polresta Banyumas Kompol Andryansyah Rithas Hasibuan menjelaskan, hingga Jumat (1/8/2025), pihaknya sudah memeriksa dua saksi dan akan melanjutkan dengan saksi lainnya.
“Kami terus mendalami apakah ini murni kecelakaan atau ada faktor kelalaian. Kemarin pemeriksaan fokus pada dua saksi karena keluarga korban masih mengurus jenazah,” ujarnya.
