Sindir Pasangan di Story? Begini Pandangan Islam dan Adab Digital Rumah Tangga

Sindir Pasangan di Story? Begini Pandangan Islam dan Adab Digital Rumah Tangga
Sindir Pasangan di Story? Begini Pandangan Islam dan Adab Digital Rumah Tangga. Foto: Ilustrasi/Freepik

Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin memberikan nasihat tegas:

فَمَنْ آذَى زَوْجَتَهُ بِاللَّفْظِ أَوْ بِالْإِشَارَةِ فَقَدْ ظَلَمَهَا وَآثِمٌ فِي حَقِّهَا

Artinya: “Barang siapa menyakiti istrinya, baik dengan ucapan langsung atau sindiran, maka ia telah berbuat zalim dan berdosa atas haknya.” (Ihya’ ‘Ulumuddin, [Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 2005], juz II, hal. 50)

Sindiran sering kali lebih menyakitkan daripada perkataan terus terang. Luka yang ditimbulkan tidak terlihat, namun membekas dalam hati. Apalagi jika dilakukan di ruang publik, efeknya bisa mempermalukan pasangan dan mengikis rasa saling menghormati.

Imam Abdul Wahab as-Sya’rani dalam Tanbihul Mughtarrin berkata:

وَمَا رَأَيْنَا أَصْلَحَ لِلزَّوْجَيْنِ إِلَّا السَّتْرُ عَلَى بَعْضِهِمَا بَعْضًا، فَمَنْ فَضَحَ زَوْجَهُ فَهُوَ أَجْهَلُ النَّاسِ بِالدِّينِ

Artinya: “Kami tidak melihat sesuatu yang lebih memperbaiki suami-istri selain saling menutup aib satu sama lain. Siapa yang membuka aib pasangannya, maka dialah orang yang paling bodoh terhadap agama.” (Tanbihul Mughtarrin, [Kairo: Dar at-Turats, t.t.], hlm. 75).

Pesan ini menegaskan bahwa saling menjaga rahasia adalah wujud kasih sayang sekaligus tanda kedewasaan beragama. Membuka aib pasangan hanya akan memperlebar jurang perbedaan dan meruntuhkan pondasi rumah tangga.

Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam az-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kaba’ir menjelaskan:

وَمِنَ الْغِيبَةِ أَنْ تَقُولَ: بَلَغَنِي عَنْ فُلَانٍ كَذَا وَهُوَ كَذَا وَكَذَا فَتَكُونُ غِيبَةً مَغْلُوظَةً

Artinya: “Termasuk ghibah adalah ketika seseorang berkata: ‘Saya dengar si fulan begini, begitu’, maka ini termasuk ghibah berat.” (al-Zawajir, [Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001], juz II, hlm. 206).

Hal yang dimaksudkan adalah sindiran yang membuat orang lain mengetahui siapa yang dimaksud, apalagi terhadap pasangan, tergolong dosa besar.

Padahal Islam memberikan panduan jelas dalam menyelesaikan masalah rumah tangga:

  • Musyawarah berdua dengan komunikasi yang jujur.
  • Melibatkan pihak ketiga yang bijak, seperti orang tua, tokoh agama, konsultan keluarga, atau lembaga resmi seperti KUA dan BP4.
  • Menghindari publikasi di media sosial, karena akan memperkeruh keadaan.
  • Jika masalah masuk ranah hukum, tempuhlah jalur yang sesuai prosedur, tanpa membuka aib di ruang publik.

Rumah tangga yang sakinah bukan dibangun dari unggahan status bernada sindiran, melainkan dari komunikasi yang sehat, rasa saling menghormati, dan tekad bersama mencari solusi.

Mengunggah keluhan atau sindiran di media sosial mungkin terasa lega sesaat, tetapi dapat meninggalkan luka yang panjang. Lebih bijak menyelesaikan masalah secara langsung dengan pasangan atau melalui bantuan pihak yang amanah.

Jangan sampai jari-jemari kita menjadi saksi dosa di akhirat hanya karena sebuah unggahan yang menyakiti hati pasangan. Wallahu a‘lam.

Related Images:

Follow WhatsApp Channel My Info untuk update berita terkini setiap hari! Follow