Sejalan dengan arahan Menteri Sosial Saifullah Yusuf bahwa “Sekolah Rakyat adalah miniatur pengentasan kemiskinan – anaknya sekolah, orang tuanya diberdayakan”, Ramah juga mendapat bantuan tambahan dari Kemensos melalui Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Ia memperoleh modal usaha sebesar Rp3,6 juta untuk membuka usaha kecil di depan rumahnya.
Dengan dapur sederhana, Ramah mulai berjualan gorengan. Asap panas dari penggorengan yang dulu menjadi simbol perjuangan kini berubah menjadi tanda semangat dan keteguhan hati seorang ibu. Sedikit demi sedikit, penghasilannya meningkat, kepercayaan dirinya tumbuh, dan kehidupannya menjadi lebih stabil.
“Alhamdulillah, sekarang anak saya bisa sekolah gratis, saya juga dikasih bantuan untuk berjualan, dagangan saya tambah lengkap dah penghasilannya meningkat,” ujarnya lirih sambil tersenyum haru.
Kisah Ramah menggambarkan bagaimana Sekolah Rakyat tidak hanya menyediakan pendidikan gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin, tetapi juga membuka peluang bagi para orang tua untuk mandiri secara ekonomi.
Saat ini, Program Sekolah Rakyat telah tersebar di 165 titik di seluruh Indonesia. Di Bogor, SRMP 10 menampung sekitar 100 siswa dengan dukungan 11 guru dan 16 tenaga pendidik. Dilengkapi fasilitas belajar yang memadai, sekolah ini menjadi jembatan emas bagi Ridwan dan ribuan anak lainnya untuk menata masa depan yang lebih baik.
Lebih dari sekadar lembaga pendidikan, program gagasan Presiden Prabowo ini menjadi simbol nyata sinergi antara pendidikan dan pemberdayaan ekonomi, membawa harapan baru bagi keluarga miskin untuk keluar dari lingkaran kemiskinan secara berkelanjutan.













