“Semakin banyak air yang meresap, semakin besar dorongan dari dalam lereng hingga akhirnya tanah meluncur,” jelas Dwikorita.
Selain retakan tapal kuda, tambah Dwikorita, sejumlah gejala lain juga sering muncul sebelum lereng mengalami longsor. Antara lain, pohon, tiang, atau bangunan yang tiba-tiba miring ke arah bawah lereng merupakan salah satu tanda awal pergerakan tanah. Munculnya rembesan air atau mata air baru pada permukaan lereng juga menunjukkan adanya peningkatan tekanan air di dalam tanah.
Selain itu, lereng yang tampak menggembung, tanah yang turun atau ambles, serta retakan pada lantai dan dinding bangunan di sekitar lokasi menandakan struktur tanah mulai melemah. Bahkan pintu atau jendela rumah yang tiba-tiba sulit dibuka bisa menjadi sinyal pergeseran pondasi. Apabila muncul jatuhan tanah atau kerikil dari bagian atas lereng, terutama bila terdengar suara gemuruh, warga harus segera mengosongkan area tersebut karena kondisi tersebut menandakan longsor dapat terjadi sewaktu-waktu.
Dwikorita menambahkan bahwa kewaspadaan ekstra penting diterapkan pada wilayah yang sedang dilakukan pencarian korban. Curah hujan tinggi pada periode ini membuat potensi longsor susulan tetap besar di berbagai daerah.
“Pengamatan dini dan respons cepat adalah kunci untuk mencegah jatuhnya korban baru,” tutupnya.













