“Kalau suatu saat goa ini dikembangkan, konsepnya harus tetap mengutamakan pendidikan, penelitian, dan tentu saja kelestarian,” jelas Muhammad Kholik dari Griya Petualang Indonesia.
Namun perjalanan tim juga menemukan sisi lain: ancaman kerusakan. Bagian atas goa kini berubah fungsi menjadi jalan, ladang, dan pemukiman. Erosi pun membawa material tanah masuk ke dalam, menyebabkan pendangkalan.
“Temuan kami ini menjadi alarm agar semua pihak lebih peduli terhadap warisan alam langka ini,” tambah Kholik.
Ekspedisi ini melibatkan banyak komunitas pecinta alam, mulai dari Ekspedisi Sisik Naga, Palateksa, Semapala, Faktapala, hingga Relawan Purbalingga Peduli. Dukungan juga datang dari PMI, Perumda Owabong, dan Dinasti Outbond.
Bagi mereka, menyusuri lorong gelap bukan hanya soal menantang nyali. Lebih dari itu, ada tanggung jawab untuk menjaga jejak lava Gunung Slamet purba—warisan geologi yang tak ternilai.













