Kematian Mallaby ini menuai kontroversi. Pihak Inggris menuduh pejuang Indonesia melakukan siasat licik.
Namun, ada pula pandangan dari anggota parlemen Inggris saat itu yang menyatakan bahwa Mallaby mungkin memerintahkan pasukannya untuk menembak, sehingga para pejuang menganggap gencatan senjata telah batal.
Ultimatum dan Pecahnya Pertempuran 10 November
Kematian Mallaby membuat Inggris murka. Mayor Jenderal EC Mansergh, yang menggantikan Mallaby, kemudian mengeluarkan ultimatum agar para pejuang Indonesia dan rakyat Surabaya menyerahkan senjata mereka paling lambat 9 November 1945.
Ultimatum ini ditolak tegas. Penolakan inilah yang memicu pertempuran 10 November dahsyat, yang berlangsung selama tiga minggu dan mengukuhkan Surabaya sebagai kota pahlawan.
Semangat para pejuang Indonesia dalam pertempuran 10 November di Surabaya inilah yang kemudian dikenang setiap Hari Pahlawan. Peristiwa heroik ini tidak hanya tentang gugurnya Mallaby, tetapi lebih tentang keberanian rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan, yang patut kita teladani nilai-nilai kepahlawanannya.













