Di ekonomi digital berbasis AI, tenaga kerja dengan keahlian sebagai AI specialist, prompt engineer, cybersecurity analyst, data scientist/big data specialist, hingga IoT specialist akan semakin dibutuhkan.
Perubahan serupa juga terjadi di sektor advanced manufacturing, dengan munculnya profesi battery module/pack assembly technician, industrial IoT (IIoT) technician, smart factory maintenance technician, hingga additive manufacturing operator.
Sementara itu, green, circular, and sustainable economy membuka peluang baru seperti renewable energy engineer, EV specialist (charging & maintenance), circular designer, sustainability analyst/ESG compliance officer, hingga solar/wind technician.
Adapun di care and centered economy, kebutuhan tenaga profesional juga diprediksi meningkat, termasuk telehealth worker, personal care provider, konselor, wellness coach, hingga mentor atau coach.
Untuk menjawab tantangan ini, Kementerian Ketenagakerjaan menyiapkan sejumlah modalitas pelatihan vokasi. Yassierli menjelaskan, modalitas tersebut mencakup standar kompetensi, kelembagaan berupa Balai Latihan Kerja (BLK), serta SDM pelatih seperti instruktur, asesor, dan mentor.
“Ini adalah modalitas yang kami miliki, dan saat ini kementerian berupaya agar modalitas ini dapat dioptimalkan oleh generasi muda, khususnya generasi Z dan milenial,” tegasnya.
Dengan adanya dukungan ini, Yassierli berharap anak muda Indonesia mampu beradaptasi dengan perubahan pasar kerja global serta mengambil peluang di tengah disrupsi teknologi dan transisi ekonomi hijau.













