Riwayat lain yang menunjukkan kemuliaan Maulid Nabi datang dari kisah Abu Lahab, paman Nabi yang tidak beriman. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa siksaan Abu Lahab diringankan setiap hari Senin karena ia bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW dan memerdekakan budaknya, Tsuwaibah, yang menyusui Nabi.
Dalam riwayat Urwah bin Zubair, diceritakan bahwa ketika Abu Lahab wafat, ia terlihat dalam mimpi seorang kerabat. Saat ditanya tentang kondisinya, Abu Lahab menjawab bahwa siksanya diringankan setiap Senin berkat kegembiraannya menyambut kelahiran Rasulullah.
“Aku diringankan siksaku setiap hari Senin karena aku pernah membebaskan budak wanita bernama Tsuwaibah yang telah menyusui Nabi Muhammad SAW”.
ورحم الله القائل، وهو حافظ الشام شمس الدين محمد بن ناصر، حيث قال: إذا كان هذا كافرا جاء ذمه وتبت يداه في الجحيم مخلدا أتى أنه في يوم الإثنين دائما يخفف عنه للسرور بأحمد فما الظن بالعبد الذي كان عمره بأحمد مسرورا ومات موحدا.
Artinya; Hafidz Syam Syekh Muhammad bin Nasr, beliau berkata: “Jika orang seperti Abu Lahab saja, yang jelas-jelas tercela dan kekal di neraka, setiap hari Senin diringankan siksanya karena ia bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW, maka bagaimanakah dengan hamba yang sepanjang hidupnya bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW dan wafat dalam keadaan Islam?”
Dari berbagai penjelasan ulama tersebut, dapat dipahami bahwa merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki keutamaan yang agung. Tidak hanya menjadi bentuk rasa syukur atas lahirnya Rasulullah, tetapi juga sarana meraih pahala besar, cinta kepada Nabi, serta jaminan kemuliaan di akhirat.
Merayakan Maulid bukan sekadar tradisi, melainkan momentum spiritual yang meneguhkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat Islam, wajar bila kita bergembira atas kelahiran beliau, sebab itulah rahmat terbesar Allah SWT bagi seluruh umat manusia.
