BREBES, MyInfo.ID – Dua perguruan tinggi di Purwokerto, yakni Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan Universitas Wijaya Kusuma (Unwiku), berkolaborasi menjalankan Program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes.
Program ini berfokus pada penguatan ekonomi lokal melalui dua sektor unggulan, yaitu pengembangan pangan fungsional berbasis jamur tiram dan optimalisasi potensi wisata Desa Winduaji yang telah ditetapkan sebagai desa wisata.
Ketua Tim Program, Prof. Nuniek Ina Ratnaningtyas, M.S, menjelaskan bahwa kegiatan ini menyasar dua kelompok masyarakat utama, yaitu Kelompok Tiram Agro Makmur dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Winduaji.
Kelompok budidaya jamur tersebut terdiri dari 16 petani jamur dan 6 pengusaha olahan jamur. Mereka mendapatkan pelatihan menyeluruh mulai dari teknik budidaya, perawatan, pascapanen, hingga pengolahan menjadi produk kuliner bernilai ekonomi tinggi.
“Kelompok Tiram Agro Makmur yang terdiri dari petani dan pengusaha olahan, kami berikan pelatihan lengkap. Mereka diajari mulai dari budidaya, perawatan, penanganan pasca panen, sampai menjadi produk kuliner,” ujar Prof. Nuniek.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Hidayah Dwiyanti, dosen Teknologi Pangan Unsoed, menilai bahwa kuliner jamur di Obyek Wisata Tuksirah memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata.
“Mitra akan kami ajari membuat aneka olahan seperti bakso jamur kuah maupun bakar, sate jamur, dan produk olahan lain. Ini bisa dinikmati langsung di lokasi wisata maupun dibawa pulang sebagai oleh-oleh khas,” jelasnya.
Dari sisi digital, Dr. Lasmedi Afuan, S.T., M.Cs dari Prodi Informatika Unsoed menyoroti pentingnya promosi digital bagi desa wisata. Mengingat Desa Winduaji telah ditetapkan sebagai Desa Wisata melalui SK Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes No. 556/0206/2018 dan Keputusan Bupati Brebes No. 430/357 Tahun 2020, kehadiran website resmi pariwisata dinilai penting untuk memperluas jangkauan promosi.
“Website pariwisata sangat dibutuhkan untuk promosi. Selain itu, Pokdarwis yang ada juga perlu direorganisasi dan diperkuat kelembagaannya agar lebih efektif,” ungkap Dr. Lasmedi.













