Menurut Kemenperin, pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) memiliki peran penting dalam hilirisasi kemenyan. Akses mereka terhadap bahan baku lebih dekat, sekaligus menjaga kualitas resin yang disadap secara tradisional.
“Kemenyan Indonesia dikenal berkualitas tinggi dan diminati pasar global, khususnya di India, Vietnam, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Prancis,” kata Reni.
Sebagai langkah awal, Ditjen IKMA melalui Direktorat Industri Kimia, Sandang, dan Kerajinan (IKM KSK) bekerja sama dengan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (IHHP) serta dinas daerah di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Kedua wilayah tersebut merupakan sentra utama yang menyumbang sekitar 80% produksi kemenyan dunia.
Direktur IKM KSK, Budi Setiawan, menjelaskan bahwa koordinasi lintas sektor dilakukan untuk memetakan kondisi lapangan, mulai dari jenis tanaman, proses penyulingan, rantai pasok, hingga pembinaan industri.
“Dengan begitu, kami dapat mengidentifikasi aspek yang perlu diperkuat melalui program pembinaan Kemenperin,” ungkap Budi.
Ke depan, Ditjen IKMA akan melibatkan lebih banyak pihak, mulai dari satuan kerja Kemenperin, kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, hingga asosiasi industri.
“Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi IKM, pengolahan minyak atsiri dari kemenyan akan menjadi penggerak baru hilirisasi berbasis nilai tambah lokal yang siap menembus pasar global,” ujar Budi optimistis.
Sebagai catatan penting, Kemenyan Tapanuli Utara pada 2025 telah memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum. Sertifikasi ini menegaskan karakteristik, kualitas, dan reputasi kemenyan dari daerah tersebut, sekaligus memberi perlindungan hukum dan nilai ekonomi lebih besar bagi masyarakat lokal.
