Camat Buayan Nur Wahyudi menambahkan, kondisi Maryati bukan disebabkan kelalaian keluarga, melainkan keterbatasan ekonomi anak-anaknya yang merantau.
Sementara itu, rumah kedua yang dibedah berada di Desa Wonodadi, milik pasangan lanjut usia Rasmanto (73) dan Kadem (62). Selama dua tahun terakhir, mereka tinggal menumpang di bangunan semi permanen milik tetangga, setelah pulang dari perantauan di Semarang.
Bersama cucu mereka, pasangan ini menjalani hidup serba kekurangan. Rasmanto bekerja sebagai penderes nira kelapa, sedangkan Kadem mengais rezeki dengan memulung.
“Sumber air dan listrik kami semua menumpang dari tetangga,” tutur Rasmanto.
Kadem tak kuasa menahan haru dan bersujud di depan rombongan saat mengetahui rumahnya akan dibangun. Ia mengaku kerap makan nasi jemur dan harus buang air besar di sungai karena ketiadaan fasilitas.
Menanggapi kondisi tersebut, Direktur GMDP Bravo Drajat Noto Titiwibowo menyatakan pihaknya menyalurkan dana CSR senilai hampir Rp65 juta untuk pembangunan rumah, pembelian perabot, serta pengadaan lahan seluas enam ubin senilai Rp12 juta.
“Kami berharap kontribusi ini membawa berkah. Komitmen CSR kami tidak hanya berhenti pada bedah rumah, tapi juga untuk pembangunan tempat ibadah,” ujar Bravo.













