Bahkan, rangkaian QRIS Jelajah Indonesia yang dimulai di Purwokerto diarahkan melewati kawasan DCF. Para peserta dijadwalkan hadir di Dieng untuk mengampanyekan transaksi digital kepada pengunjung. “Selain venue, dukungan kami juga fokus pada digitalisasi agar UMKM siap menghadapi tantangan masa depan,” tambah Mahdi.
Meski penyelenggaraan tahun ini berlangsung lebih sederhana dibanding sebelumnya, BI tetap optimistis DCF memberi dampak positif bagi perekonomian daerah. Soal nilai perputaran uang, Mahdi menyebut masih dalam proses perhitungan bersama panitia dan Pemkab Banjarnegara.
Namun demikian, ia menegaskan festival budaya ini telah terbukti menjadi motor penggerak ekonomi daerah. “Kami berharap DCF terus memberi manfaat luas, bukan hanya dalam pelestarian budaya, tetapi juga dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
DCF 2025 menjadi titik penutup rangkaian QRIS Jelajah Budaya Indonesia (QJI) 2025 yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Purwokerto. Program unggulan BI ini bertujuan memperluas penggunaan QRIS melalui kompetisi kreatif yang melibatkan generasi muda.
Sebanyak 10 tim peserta QJI menuntaskan misi terakhir mereka di kawasan Candi Arjuna, bertepatan dengan prosesi cukur rambut gimbal, ikon utama DCF. Sebelumnya, para peserta telah menempuh beragam misi di sejumlah destinasi unggulan di eks Karesidenan Banyumas, mulai dari Kawasan Dawuhan Banyumas, layanan transportasi digital Trans Banyumas, kawasan heritage Kota Lama Banyumas, hingga sentra Batik Hadi Priyanto.
Kehadiran QJI di DCF tidak hanya memberi nuansa kompetisi, tetapi juga memperkuat adopsi QRIS sebagai sarana transaksi digital yang lebih cepat, praktis, murah, aman, dan andal.
Bank Indonesia menegaskan, dukungan ini merupakan bagian dari komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus memperluas literasi keuangan dan kebanksentralan di masyarakat. Sinergi tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing UMKM, sekaligus memperkuat citra Dieng sebagai destinasi wisata budaya unggulan.
