Sudaryano menyampaikan apresiasi kepada tiga kepala daerah yang menjadi tuan rumah festival. Menurutnya, peran Pekalongan, Magelang, dan Malang sangat vital dalam menjaga tradisi sekaligus melahirkan inovasi agar UMKM batik tetap relevan.
“Ketiga kota ini memiliki peran penting dalam menjaga tradisi batik sekaligus mendorong inovasi agar UMKM batik tetap hidup dan relevan di era modern,” ungkapnya.
Wali Kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid, menegaskan bahwa batik menjadi nadi perekonomian kota tersebut. “Sekitar 70 persen produksi batik nasional berasal dari Pekalongan dan sekitar 20 persen produksinya sudah diekspor ke pasar internasional,” ujarnya.
Sementara menurut Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mengungkapkan keberhasilan program Kemis Mbois yang mewajibkan ASN dan non-ASN mengenakan batik khas Malang setiap Kamis. “Program ini sudah berjalan selama dua tahun dan berhasil membuat perajin batik di Kota Malang kebanjiran permintaan,” katanya.
Sedangkan menurut Wali Kota Magelang, Damar Prasetyono, menekankan komitmennya meningkatkan daya saing industri batik melalui penyediaan fasilitas IKM Center.
“Kami ingin memastikan kualitas produk UMKM Magelang memiliki standar yang baik agar mampu bersaing di pasar,” jelasnya.













