Menurutnya, bait tersebut bukan sekadar kritik, melainkan ajakan agar masyarakat kembali menata hubungan spiritual di tengah gempuran teknologi digital.
Selain membacakan puisinya, Menag juga memberi tanggapan atas sejumlah karya sastra yang ditampilkan dalam acara tersebut. Ia mengaku terkesan dengan puisi-puisi bertema kematian yang menurutnya mampu menggambarkan perjalanan manusia menuju Tuhan.
“Puisi-puisi ini mengingatkan kita bahwa sejauh apa pun kita melangkah, pada akhirnya kita akan kembali ke pangkuan-Nya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un,” ungkap Menag dengan penuh perenungan.
Acara Sasana Sastra turut dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Kepala Perpustakaan Nasional E. Aminudin Aziz, serta sejumlah tokoh penting dunia sastra Indonesia. Hadir pula Taufiq Ismail, salah satu sastrawan senior yang telah banyak memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sastra Indonesia.
Kehadiran para tokoh ini menambah khidmat acara yang tak hanya menjadi ruang apresiasi sastra, tetapi juga wadah untuk merefleksikan spiritualitas, kebangsaan, dan tantangan budaya di era digital.













