PURWOKERTO, MyInfo.ID – Tertawa dikenal sebagai obat terbaik. Tak hanya mengurangi stres dan memberi kebahagiaan, gelak tawa juga berdampak positif bagi kesehatan jantung.
Di Indonesia, seni yang mengundang tawa ini memiliki sejarah panjang yang terus berevolusi, mencerminkan perubahan sosial dan selera masyarakat dari masa ke masa. Lantas seperti apa perjalanan panjang seni pertunjukan komedi di Indonesia, berikut ulasan sejarah komedi Indonesia seperti dikutip dari laman Kemenekraf, Jumat (5/12/2025).
Akar Tradisi Komedi: Ludruk dan Lenong

Seni pertunjukan komedi di Indonesia telah ada sejak zaman kerajaan. Pada abad ke-12, di era Majapahit, masyarakat telah mengenal Ludruk Bandhan, sebuah pertunjukan yang memadukan kekuatan fisik, komedi, dan iringan musik kendang dan jidor.
Perkembangan signifikan terjadi pada era 1920-an dengan munculnya Lenong Betawi. Seni teater rakyat yang konon namanya berasal dari sebutan untuk pedagang Tionghoa, “Lien Ong”, ini sangat kental dengan cerita keseharian masyarakat Betawi. Pertunjukan dibuka dengan musik gambang kromong dan seringkali disisipi adegan laga pencak silat, menghadirkan hiburan yang lengkap bagi penontonnya.
Era Keemasan Grup Lawak: Srimulat hingga Warkop DKI
Memasuki tahun 60-an hingga 90-an, panggung komedi didominasi oleh kelompok lawak legendaris seperti Srimulat, Bagito (Kwartet Grup), dan yang paling fenomenal, Warkop DKI. Lawakan mereka sederhana, slapstick, namun selalu berhasil menyentuh hati dan mencerminkan realitas sosial.
Warkop DKI, yang beranggotakan Dono, Kasino, dan Indro, membawa komedi slapstick yang cerdas. Mereka mahir membalut kritik sosial, kesenjangan ekonomi, hingga komentar politik dalam kemasan humor yang segar dan menghibur.
Popularitas mereka melambung tinggi dan berhasil membawa komedi dari panggung rakyat ke layar lebar, mengukuhkan komedi sebagai industri hiburan mainstream.













